Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S. Al-Imron ; 104)

Sabtu, 19 Juli 2008

CINTA DUNIA


Jangan engkau terlalu dalam mencintai dunia dan jangan terlalu mengutamakan dunia secara berlebih-lebihan, sehingga engkau lupa pada Allah yang telah memberimu kenikmatan dunia itu, kalau diumpamakan engkau asyik menikmati pemberian/ hadiah namun engkau melupakan orang yang telah member hadiah itu. Maka tentunya tidaklah pantas, tidak wajar dan tidak sepatutnya engkau berbuat demikian dan sudah barang tentu si pemberi hadiah akan mengatakan engkau adalah orang yang tidak pandai berterima kasih padanya. Ambillah duni itu namun lebih utamkan akheratmu, karena Allah dan Rasul SAW, mengutamakan akherat melebihi dunia.

Rasulullah SAW, bersabda ;
“dari Mustauridi bin Saddah r.a. berkata : ‘telah bersabda Rasulullah SAW ; “Tiadalah perbandingan dunia ini dengan akherat kecuali seperti seseorang yang memasukkan anak jarinya ke dalam lautan besar yang luas, maka perhatikan berapa yang didapatnya? “(akherat adalah lautan yang luas, sedangkan dunia adalah perumpamaan air yang melekat di tangan orang yang mencelupka jarinya tadi) (H.R. Muslim)
Dari Abu Hurairah r.a. berkata : Rasulullah SAW bersabda: “Celaka dan kecewalah hamba uang dinar atau dirham atau hamba perhiasan permadani dan pakaian. Jika diberi ia diam dan senang, jika tidak diberi ia tidak rela dan mengomel.” (H.R. Bukhari).
Seolah-olah ketaatannya tergantung dengan pemberian Allah. Jika diberi merasa puas dan taat, dan jika tidak diberi maka merasa kecewa. Orang seperti ini tak ubahnya dengan keadaan anak kecil, kalau tidak dituruti akan menangis. Orang ini belum mengerti maksud dan tujuan dari taat serta pengabdian diri kepada Allah SWT. Apalagi yang sengaja beribadat semata-mata mengharapkan balasan dunia.

Diriwayatkan dari Ibarhim bin Abdurrahman bin Auf menceritakan; ‘ketika Abdurrahman bin Auf menghadapi makanan untuk berbuka puasa, tiba-tiba ia berkata,”Mush’ab bin Umair yaitu seorang sahabat nabi yang jauh lebih baik daripada aku, ketika terbunuh mati syahid tidak didapatkannya kain kafan untuknya, selain kain selimut. Jika ditutupkan kepalanya maka terbukalah kakinya, dan bila ditutupkan kakinya maka terbukalah kepalanya (karena pendeknya kain). Kemudian sekarang ini kami telah diberikan kekayaan dunia yang seluas-luasnya maka kami khawatir kalau-kalau amal kebaikan kami telah dibayar kontan di dunia (tidak akan didapat lagi bayarannya di akherat), kemudian Abdurrahman bin Auf menangis dan meniggalkan makanan yang telah dihidangkan itu (H.R. Bukhari)
Rasulullah SAW bersabda :
“Tiap ummat mempunyai cobaan dan ujian sendiri-sendiri, dan fitnah cobaan umatku ialah kekayaan harta.” (H.R. At-Tirmidzi).

MUTIARA HIKMAH
“Sebagian orang beribadat kepada Allah semata-mata karena mengharapkan imbalan, dan itulah ibadatnya para pedagang. Sebagian lagi beribadat karena takut terkena hukuman, dan itulah ibadatnya para hamba sahaya. Dan sebagian lagi beribadat karena bersyukur kepada Allah, dan itulah ibadatnya orang-orang yang merdeka jiwanya”.
(Ali bin Abi Thalib r.a.)
Orang bakhil (kikir) itu tidak terlepas dari salah satu keadaan yang membinasakan :
1. Ia mati dan hartanya diambil oleh keluarganya, lalu dibelanjakan tidak pada tempatnya.
2. Hartanya diambil oleh penguasa yang zalim
3. Hartanya menjadi rebutan bagi orang-orang jahat dan dipergunakan untuk kejahatan pula.Adakalanya hartanya dicuri orang atau dipakai untuk berfoya-foya pada jalan

Tidak ada komentar: